Rizal, panggilan akrab sehari-hari mahasiswa bernama lengkap Rizal Setiawan didalam ataupun diluar kampus Prodi Tadris Bahasa Inggris IAIN Palangka Raya. Mahasiswa yang tengah berada di semester 6 ini dilahirkan di desa Ampah, sebuah kecamatan di Dusun
Tengah pada 10 November 1999 dari pasangan keluarga petani sederhana, Bapak Sugeng dan Ibu Jarhanah.
Rizal tidak seberuntung remaja seusianya yang bisa langsung melanjutkan kuliah setelah lulus SMA. Niatnya terkendala biaya. Namun ia menolak menyerah pada keadaan dan menolak berpangku tangan. Ia memutuskan untuk bekerja selama kurang lebih 2 tahun demi mewujudkan cita-cita menjadi mahasiswa. Dia bertekad memutuskan lingkaran setan dan lingkaran kemiskinan dengan menjadi mahasiswa pertama dikeluarganya yang kelak akan memperbaiki nasib dan derajat kedua orangtuanya apabila sudah bekerja.
Kuliah sambil bekerja bukanlah hal yang mudah untuk dijalani. Seringkali jadwal kuliah dan jadwal bekerja bertabrakan satu sama lain dan membuatnya merasa kewalahan. Belum lagi tugas-tugas kuliah yang butuh segera dikerjakan. Namun Rizal pantang berkeluh kesah. Membiayai kuliahnya seorang diri, ditahun pertama kuliah ia bekerja sebagai pramuniaga di Matahari Departement Store
Palangkaraya. Tentunya hal tersebut sangat
melelahkan. Mengikuti perkuliahan dari pagi hingga jam 5 sore, kemudian jam
setengah 6 sore harinya harus dilanjutkan dengan shift kerja melayani para pembeli yang selalu padat hingga jam 11 malam.
Ditahun kedua kuliah, Rizal diamanahi untuk menjadi Musyrif (kakak Pendamping) pada Ma’had Al-Jamiah IAIN Palangka Raya. Sembari menjadi musyrif yang bertugas mengajarkan membaca Al-qur’an, Bahasa
Inggris dan materi penunjang lainnya kepada para mahasiswa baru, ia membuka usaha
warung sembako kecil-kecilan di Ma’had dengan modal usaha yang berhasil disisihkan dari beasiswa
yang ia dapatkan dari kampus. Tidak hanya itu, Rizal juga berbisnis online dengan
menjual makanan, barang elektronik hingga produk kesehatan.
“Alhamdulillah itu semua dapat sedikit membantu membiayai biaya hidup dan kuliah saya sebagai anak rantau,” ungkap Rizal beberapa waktu yang lalu.
Setiap kali libur semester datang, ketika teman-teman pulang kampung dan berkumpul dengan keluarga menikmati liburan, ia memanfaatkan waktu luangnya untuk mencari pekerjaan. beragam pekerjaan sudah dijalani oleh Rizal. Dengan modal suara merdu yang dimilikinya, ia sesekali diundang menjadi biduan untuk memeriahkan beragam acara. Selain itu ia juga pernah mengisi waktu liburannya dengan berjualan es blender. Walaupun status mahasiswa bergengsi, kerja tak kenal gengsi, itulah prinsip yang ia jalani. Tak puas hanya berjualan es, ia juga bekerja sebagai pekerja paruh waktu di sebuah yayasan, yaitu yayasan Al-Muhajirin.
Pada tahun ketiga kuliah, ia ditunjuk menjadi salah satu pengajar BMQ (Bimbingan Membaca
Al-Qur’an) bagi para mahasiswa baru. lalu dimalam hari ia juga membuka sistem belajar mengaji diluar kampus. Sebagai sampingan, dia juga tetap
melanjutkan berbisnis online sampai sekarang.
Bisnis baru yang sedang ia kembangkan saat ini adalah bisnis kerupuk degan resep rahasia khusus yang dilabelinya dengan brand Mr.R yang diambil dari inisial
namanya sendiri. Ia berharap bisnis barunya akan memperoleh omset yang meningkat seiring berjalannya waktu dan gencarnya promosi yang ia lakukan.
Bagaimana dengan kuliah? "Alhamdulillah, kuliah saya lancar. Tutur Rizal. Tugas-tugas kuliah dikerjakan dengan baik, dan IPK saya selalu diatas angka 3. Buat teman-teman yang bernasib seperti saya, jangan sampai berhenti kuliah
karena terhalang biaya. Dimana ada kemauan pasti ada jalan. Intinya jika ingin
sukses maka bekerja keraslah. Usaha tidak akan mengkhianati hasil. Insyaallah, salah satu dari banyak hal yang kamu usahakan suatu saat akan berhasil", ujarnya sembari menutup cerita.
Benar sekali.. usaha tidak akan mengkhianati hasil
ReplyDeleteJadi mahasiswa perantau harus tangguh dan harus bisa menciptakan beasiswa kemandirian sendiri